MENU

Salawaku yang Terlalu Kaku

Siapa sih yang ngga mau nonton di bioskop gratis, iya kan? Terlebih Film Indonesia, dan masih wara-wiri di festival luar negeri dan belum masuk pasar Indonesia sendiri. Bener gak? Gue sih suka. Makanya gue bela-belain buat nonton di Plaza Indonesia. Karena pas kebetulan ada event Plaza Indonesia Film Festival, Love Philosophy. Nah kenapa gue tau event ini? Bukan gue sih, tepatnya teman-teman gue. Karena tahun lalu, film kami yang berjudul “Opor-operan” masuk nominasi kompetisi film-nya yang bertema Celebrating Women. Oke, kita lewatkan masa kejayaan itu.

Nah yang penting adalah, bukan cuma kompetisi, di event  itu juga nonton bareng film gratis, ditambah kalo elo beruntung, ada diskusi bersama sang empunya film. That’s the point, kenapa acara ini begitu menarik menurut gue.

Tahun ini ada beberapa film yang dibilang ‘keren’ mampir disini, yaitu ada Salawaku, Ziarah, dan yang sedang ramai dperbincangkan adalah Bukaan 8. Yang masih hots di bioskop kesayangan anda. Acara ini berlangsung dari tanggal 22-24 Februari 2017. Kalo kalian masih kelewat, untuk tahun depan dicatet tanggalnya dan follow Instagram Plaza Indonesia.

Weits, tulisan ditulisan kali ini gue spesial diiringi oleh musik merdunya dari FOURTWNTY. Sebelumnya gue belum kenal, siapa mereka, apa sih lagu-lagunya. Tapi tadi pas pulang nonton film, di lantai 4 (kalo gue ngga salah) ada pameran broken heart, yang dimana mereka main disana. Mendengar satu reff lagu aja, gue langsung suka. Mereka sangat keren. Tetiba jadi fans karbitan yang sok tau music indie. Bodo ah.

Sekarang gue bakal bahas film yang gue tonton ditanggal 23 kemaren. Yaks, itu adalah Salawaku. Pengen nonton film ini karena masuk nominasi FFI, dan tentu saja di trailer nya bagus, pun dilengkapi dengan aktris berbakat Indonesia, Karina Salim.

Dari apa yang gue baca, bukan yang gue tonton, Salawaku adalah Film Indonesia bergenre road movie. Apa itu, ya intinya menurut gue film drama tentang perjalanan gitu lah ya. Film ini disutradari oleh Pritagita Arianegara dengan produser film Ray Zulham dan Michael Julius, serta naskah film ditulis oleh Iqbal Fadly dan Titien Watimena. Memunculkan bintang baru yaitu, Elko Kastanya (Salawaku), Karina Salim (Saras), JFlow (Kawanua), dan Binaiya (Raihaanun). Kurang lebih merekalah yang mendominasi film ini. Ohya, proses syuting Salawaku dilakukan di Pulau Seram Maluku. Kalian pasti takjub. Indah banget pulau seram itu. Itu kenapa gue setuju film ini harus tayang di festival film luar.

Nah, cerita dimulai dari rencana Liburan Saras ke Pulau Seram, Maluku yang dikarenakan pelariannya dari masalah di Jakarta. Kemudian secara tak sengaja di bertemu dengan Salawaku di sebuah pulau. Salawaku sendiri sedang mencari sang kakak, Binaiya yang kabur dari rumah, tanpa penonton tau penyebabnya. Bersama Saras yang ikut mencari Binaiya, muncul kemudian Kawanua. Awalnya gue kira pertolongan Kawanua tulus karena tidak tega melihat Salawaku bersedih, dan ternyata ad sebuah rahasia dibalik itu. Kalo sudah tayang dibioskop sok  bisa langsung ditonton.

Bukan tidak mencintai Film bikinan anak negeri, tapi kritik yang membangun gue rasa perlu. Ada beberapa logika yang hilang dari film ini. Adegan yang kurang pas, bahkan editing yang agak kasar. Tapi dari sisi pemandangan yang ingin di expose, Salawaku cukup berhasil. Cukup loh ya.

Pertama, film ini dibuka dengan tangisan Binaiya. Gue ngga perlu bertanya apa maksud tangisannya, karena pasti ada di tengah atau di akhir film. Keanehan yang gue temukan adalah tangisan yang lebay, dan cut editing yang apa ya. Gini, kalo lo nonton film lo ngga bakal nggeh kalo shoot atau scene itu ganti, karena editing yang halus. Iya kan? Tapi kalo ini ditiap cut ke medium atau close up shoot, gue ngerasa kayak patah gitu. Ntah ini cuma gue yang ngerasa atau gimana. Yang pasti, tidak indah menurut gue.

Kedua, acting yang ngga banget dari murid SD beserta guru tempat Salawaku sekolah. Kalo masalahnya ini, menurut gue lebih kepada tanggung jawab sutradara. Bahkan acting Karina Salim yang bagus di film sebelumnya, jadi kaku disini. Cuman untuk beberapa dialog, bagus, tapi sisanya seperti apa ya. Akh, begitulah. Semua begitu kaku dan dibuat-buat. Pengen ketawa tapi tidak boleh. Maafkan.

Selanjutnya adalah, logika saat Salawaku menemukan Saras terdampar di Pulau Kecil. Salawaku yang tidak kenal Saras langsung duduk disebelah Saras, yang notabene adalah orang yang bahkan belum dia kenal. Memanggil dan menggoyangkan badan saras yang sedang begong, dalam posisi bersebelahan. Lalu memberi saras makan. What?! Gue coba nanya sama kalian, kalo ketemu orang baru kalian pasti nanya dari depan kan. Bukan tiba-tiba seperti pernah kenal.

Adalagi nih. Singkatnya ternyata Binaiya hamil oleh perbuatan Kawanua. Kawanua sendiri tidak berani ngomong ke bapaknya, karena bapak doi adalah tokoh desa gitu. Jadi itu sebuah aib, yang mungkin besar bisa membuat mereka terusir dari desa. Okey, keganjilannya adalah pada saat pertama Kawanua bertemu pertama dengan Binaiya, mereka langsung pelukan dengan sumringah. What?! Kalo mereka segembira itu, kenapa film ini dibuka dengan tangisan yang begitu lebay.

Ada banyak adegan yang dimunculkan di sebuah tempat ada motivasi adegan apa itu. Seperti bambu yang dirajut menyerupai salib. Jika kalian liat, ada banyak ornamen salib yang dimunculkan dan dibawa kemana-mana oleh tokoh. Tapi tidak dijelaskan, makna itu sendiri. Motivasinya apa.

Begitu juga dengan adegan marah di padang rumput, kenapa harus disana, dengan adegan yang super kaku. Huh. Terus tiba-tiba masuk ke dalam air terjun, lalu pandangan mereka beradu, kemudian adegan di pesisir pantai. Bahkan menurut gue, untuk sebotol alkohol yang dibawa Kawanua itu sepertinya punya makna. Yang teramat aneh adalah adegan, Saras yang sedang kebayang dialognya bersama mantan pacar. Ini udah kayak FTV di SCTV. Ah sayang film seperti ini dapet banyak nominasi di FFI walau ngga menang.

Disamping ada banyak lelucon sih ya, yang dimunculkan. Gimana udiknya Salawaku yang ketemu orang Jakarta seperti Saras. Bahkan yang ngga ngerti ‘gagal paham’ itu apa. Ini nih kritikan buat pemerintahnya pak de, mbok ya jangan cuma infrastruktur nya aja yang disamaratakan. Tapi juga Bahasa gaulnya. Jadi Bahasa gaul Jakarta, yang meng-Indonesia. Gitu toh.

Kalo kata temen gue, film ini mungkin akan jadi bagus kalo digarap oleh sutradara yang benar. Kayak Laskar Pelangi yang lo bisa nikmatin keindahan alamnya tanpa miskin pesan moral. Sungguh kaku sekali mba Prita ini. Mungkin dicoba di film selanjutnya ya mbak. Maafkan penonton mu ini yang begitu bersemangat memberi saran. Haha.

Bahkan pesan yang disampaikan film ini, yang tertera dalam judul terlalu eksplisit. Itu ada pada poster film. Dan gue juga bertanya-tanya, kenapa filmnya judulnya Salawaku. Padahal menurut gue tidak cocok dengan isi cerita. Tadinya gue mikir Salawaku itu artinya apa gitu kan. Hhm sudahlah.

Mending berdendang lagi dengan lagunya FOURTWNTY.

Berlari-lari, di taman mimpiku…

Imijasinya telah menghanyutkanku.

Mimpiku telah sempurna,

Tak seperti orang biasa…

Maaf ya mbak Prita, sepertinya 6/10 cukup lah rating untuk Salawaku. Ditunggu lo mba film yang lebih nendang. Ini terlalu kaku mbae, kayak kerah baju baru.

 

By: Ni Wayan Primayanti

Es wird empfohlen, Cialis für diejenigen zu kaufen oder oft werden die Begriffe Impotenz, indem es die Synthese von cGMP fördert. Abschließende wichtige Informationen welche Sie vor dem Kauf lesen sollten und Lovegra Citrat 100mg, in den empfohlenen Dosierungen. I got to conquer a few fears apotheke-plus.com/kaufen-cialis-generika-online/ and we all left feeling wonderful.

Leave a Comment!

Your email address will not be published. Required fields are marked *